Selasa, 06 Desember 2011

Teknik-teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia

Teknik Pembelajaran Word Flow

Teknik Pembelajaran Word Flow cukup relevan diterapkan dalam kegiatan belajar Bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Word flow disebut juga kata mengalir karena dalam prosesnya kata diproduksi mengalir sampai membentuk kalimat.  Tujuan yang ingin dicapai dari teknik kata word flow adalah cara pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan menantang dapat tercapai.  Dalam prosesnya siswa memproduksi kalimat sebanyak-banyaknya dengan kata-kata sendiri.  Menurut Suyatno (2007:43) prosedur pelaksanaan teknik pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
(a)  Tempat duduk siswa diatur berderet ke belakang dalam formasi lima sampai enam siswa.
(b)  Guru menjelaskan aturan permainan
(c)   Permainan dilombakan antar kelompok
(d)  Semakin banyak kalimat yang dihasilkan suatu kelompok, maka skor kelompok makin tinggi.
(e)  Siswa diberikan kesempatan menanyakan hal-hal yang kurang jelas
(f)    Setelah semua siswa memahami tugas yang akan dikerjakan, maka permainan dapat dimulai.
(g)  Siswa paling depan menuliskan satu kata di lembar kerja.  Lembar kerja tersebut kemudian diberikan kepada teman dibelakangnya.
(h)  Siswa yang mendapat lembar kerja kemudian menambahi satu kata sehingga dalam lembar kerja terdapat dua kata yang saling berkaitan.  Siswa ketiga kemudian menambahkan lagi satu kata sehingga terdapat tiga kata.
(i)    Begitu seterusnya hingga membetuk kalimat yang padu.
(j)    Kalimat tersebut kemudian dicatata oleh semua anggota kelompok.
(k)  Setelah itu masing-masing kelompok membacakan hasilnya di depan kelas.

Teknik pembelajaran Card Paragraph

Teknik pembelajaran ini bertujuan agar siswa dapat mengurutkan berbagai paragraf menjadi sebuah teks narasi yang logis dan runtut.  Tugas siswa adalah menganalisis paragraf yang dituangkan dalam bentuk kartu. Alat yang dibutuhkan adalah potongan paragraf yang digunting dan ditempelkan dalam karton.  Teknik dapat digunakan secara individu maupun kelompok.  Prosedur pelaksanaan teknik pembelajaran card paragraph adalah sebagai berikut:
(a)  Guru menjelaskan tujuan dan kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa.
(b)  Siswa diberi kesempatan menanyakan hal-hal yang kurang jelas.
(c)   Kegiatan menyusun dan mencocokkan paragraf dilombakan. Kelompok/siswa yang paling cepat dan benar mendapat skor tertinggi.
(d)  Setelah diberi aba-aba, siswa mulai mengurutkan paragraf demi paragraf secara logis dan runtut dengan cara memberikan nomor di buku tulis dengan penanda kalimat awal dalam paragraf.
(e)  Setelah semua siswa/kelompok selesai, maka langkah selanjutnya adalah mencocokkan jawaban siswa/hasil kerja siswa dengan kunci paragraf yang benar.
(f)    Guru merefleksikan kegiatan belajar yang telah dilakukan



Teknik Belajar  Sentence Stock Exchange
Teknik permainan belajar Sentence Stock Exchange bertujuan agar siswa dapat menyusun kalimat/paragraf secara padu.  Alat yang dibutuhkan adalah stoples besar tembus pandang dan diisi potongan kalimat sebanyak-banyaknya.  Potongan-potongan kalimat tersebut diperoleh dari menggunting beberapa paragraf pada teks narasi.  Suyatna (2007:47) menjelaskan prosedur pelaksanaan teknik pembelajaran sentence stock exchange sebagai berikut:
(a)  Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3 sampai 4 siswa
(b)  Masing-masing kelompok duduk melingkar dan tiap kelompok diberikan satu stoples berisi potongan kalimat dari sebuah paragraf.
(c)   Siswa mengambil potongan kalimat mencari artinya kemudian memasangkan semua potongan kalimat sehingga menjadi paragraf yang padu.
(d)  Kegiatan ini dilombakan.  Kelompok yang berhasil menyusun paragraf paling banyak mendapat skor tertinggi.
(e)  Setelah waktu menyusun paragraf selesai masing-masing kelompok menyalinnya di kertas kerja, menterjemahkannya kemudian membacakannya di depan kelas.

Teknik Pembelajaran Complette sentense

Complette sentense adalah metode pembelajaran yang menggunakan alat bantu Lembar Kegiatan Siswa berbentuk blanko isian yang berisi paragraf yang kalimat-kalimatnya belum lengkap.  Tugas siswa adalah melengkapi paragraf tersebut sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan mempunyai makna yang jelas.  Skenario metode complette sentense adalah sebagai berikut:
(a)  Guru menyampaikan tujuan belajar yang akan dicapai
(b)  Guru membagikan bahan ajar dan menjelaskan materi pembelajaran
(c)   Siswa diminta membaca materi yang berupa teks deskriptif atau naratif
(d)  Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil atau berpasangan
(e)  Setiap kelompok dibagikan lembar kegiatan siswa
(f)    Masing-masing kelompok atau pasangan bekerjasama melengkapi paragraf yang belum lengkap sehingga teks tersebut menjadi bagian utuh dan bermakna jelas.
(g)  Masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya di depan kelas, kelompok lain memberikan tanggapan.
(h)  Penarikan kesimpulan

Teknik Pembelajaran“Menyalin Pola”
Teknik belajar menyalin pola dikembangkan oleh Suyatno (2005:35) bertujuan untuk mengembangkan dan menguatkan pemahaman tentang huruf dan diperuntukkan untuk siswa SD kelas rendah atau siswa yang mengalami kesulitan menulis huruf dengan benar.  Alat yang diperlukan antara lain: pola huruf, buku tulis, buku gambar dan alat tulis.  Prosedur pelaksanaannya dikelas adalah sebagai berikut:
(a)  Guru mempersiapkan pola huruf pada kertas HVS folio yang dibuat dengan garis putus-putus.  Pola huruf sebaiknya meliputi huruf kapital dan huruf kecil.
(b)  Siswa diberi penjelasan mengenai kegiatan belajar yang akan dilakukan.
(c)   Setiap siswa dibagikan pola huruf yang sebelumnya sudah dibuat.
(d)  Guru memberikan contoh cara menyalin pola huruf di papan tulis
(e)  Siswa diberi tugas menyalin pola huruf pada buku gambar siswa.
(f)    Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
Teknik Pembelajaran “Teropong”
Strategi melatih kemampuan siswa dalam aspek berbicara melalui teknik ”teropong” diintroduksi oleh Suyatno (2005:112) dan bertujuan melath siswa mendiskripsikan benda yang dilihatnya dengan bahasa yang runtut, jelas dan dapat dipahami pendengarnya.  Alat yang digunakan dalam permainan ini hanya selembar kertas yang digulung menyerupai teropong.  Prosedur permainannya adalah sebagai berikut:
(a)  Siswa diminta berpasangan dan masing masing membuat teropong dari kertas.
(b)  Setiap pasangan diminta saling berhadapan.
(c)   Salah satu siswa dari setiap pasangan diminta meneropong salah satu obyek di dalam kelas atau diluar kelas misalnya pohon pisang, gambar pemandangan di dalam kelas, kursi, meja, jendela, atau kancing baju pasangannya.
(d)  dari nama obyek (benda), bentuk, warna, tekstur dan lainnya kepada temannya. 
(e)  Siswa yang diberi penjelasan kemudian mencatat penjelasan temannya.
(f)    Guru kemudian meminta siswa yang diberi penjelasan untuk menjelaskan kembali apa yang dilihat temannya.
(g)  Setelah itu siswa kedua gantian meneropong sebuah obyek dan menjelaskannya kepada rekannya. Siswa yang diberi penjelasan mencatat dan membuat diskripsi obyek, kemudian diminta oleh guru menjelaskannnya kembali.

Pendekatan Kontruktivisme Dalam Pembelajaran Menulis 

Tahap-tahap menulis menurut Tompkins (1994) terdiri dari tahap pra penulisan, tahap penulisan buram, revisi, penyuntingan, dan publikasi.  Pandangan Tompkins tersebut digunakan sebagai acuan pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran menulis cerita dalam penelitian ini.  Tahap-tahap menulis cerita tersebut disederhanakan menjadi tiga yaitu (1) tahap prapenulisan (2) tahap penulisan (3) tahap pascapenulisan.  Ketiga tahap lebih rinci dijelaskan dalam paparan berikut:

a)      Tahap prapenulisan
Tahap prapenulisan adalah tahap sebelum kegiatan menulis sebenarnya dilakukan.  Pada tahap ini siswa diberikan stimulus agar muncul kerangka berfikir.  Siswa kemudian diberi kesempatan sluas-luasnya untuk mengembangkan kerangka berfikirnya.  Kegiatan ini dapat dilakukan dengan mengamati gambar, benda-benda, peristiwa atau kegiatan-kegiatan yang dapat memacu pengetahuan yang sesuai dengan karangan yang akan ditulis.
Untuk mengembangkan pengetahuan awal guru dapat menugasi siswa membaca buku-buku cerita yang dapat dijadikan model cerita yang akan ditulis,mengamati berbagaikehidupan sosial, atau menyimak pembacaan cerita. Dengan cara tersebut diharapkan akan muncul gagasan yang dapat dijadikan topik karangan. Pada tahap ini juga dilakukan hal-hal (1) menyediakan kata, frase, atau gambar yang berkaitan dengan tema atau judul yang dipilih (2) siswa mendiskusikan hubungan kata, frase ataugambar tersebut (3) siswa diberi kesempatan membuat hubungan terhadap konsep sebenarnya.  Senada dengan pandangan Tompkins Rhoders dan Marling (1988:152) menjelaskan bahwa untuk mengembangkan pengetahuan awal dapat dilakukan dengan ilustrasi, gambaran umum, chart, judul, subjudul, pengenalan dan ringkasannya, teks cerita secara keseluruhan.

b)      Tahap saat penulisan
Tahap saat penulisan terdiri dua kegiatan yaitu kegiatan menyusun draft kasar dan revisi.  Pada penyusunan draft siswa ditugasi mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi kalimat-kalimat sesuai topik kerangka.  Langkah selanjutnya siswa diminta menyusun kalimat-kalimat tersebut menjadi paragraf sebagai awal cerita yang akan ditulis.  Langkah berikutnya siswa menyusun draft awal menjadi sebuah cerita yang lengkap. Fokus kemampuan yang dipertimbangkan dalam tahap ini meliputi: ketepatan penggambaran pelaku, penggambaran watak pelaku, ketepatan penentuan latar cerita, ketepatan penggambaran cerita, kelengkapan latar ceritadan keruntutan cerita.  Dalam tahap revisi siswa ditugasi melihat/mengkoreksi kembali cerita yang telah ditulis.  Meneliti kembali tersebut mencakup unsur-unsur cerita, yaitu bahasa, isi cerita, dan komposisi cerita.  Dengan revisi tersebut diharapakan dapat memperbaiki cerita yang telah ditulis.

c)      Tahap Pascapenulisan
Tahap pascapenulisan meliputi tahap penyuntingan dan publikasi.  Tahap penyuntingan difokuskan pada aspek ketepatan ejaan yang mencakup tanda baca, penulisan huruf, penulisan kata (depan/awalan) dan pemenggalan kata.  Tahap publikasi difokuskan pada kemampuan berunjuk kerja.  Kemampuan berunjuk kerja ini mencakup kejelasan menyuarakan tulisan, ketepatan lafal, intonasi, dan kelancaran dalam menuturkan.  Selain itu, dapat pula dilakukan pemajangan tulisan siswa ditempat pajangan atau di majalah dinding

Senin, 28 November 2011

NHTPembelajaran Metode NHT

 a.       Pengertian Pembelajaran Metode NHT Numbered Heads Together merupakan tipe dari model pengajaran kooperatif pendekatan struktural, adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spancer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut, (Ibrahim dkk, 2000:28). Menurut Anita Lie (2002:59) pengertian Numbered Heads Together (NHT) atau kepala bernomor adalah suatu tipe dari pengajaran kooperatif pendekatan struktural yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide -ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu Numbered Heads Together juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Model ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan peserta didik. Satu aspek penting dalam pengajaran kooperatif adalah bahwa di samping pengajaran kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik diantara siswa, pengajaran kooperatif secara bersamaan membantu siswa dalam pengajaran akademis mereka. Slavin dalam penelitiannya mengemukakan “bahwa hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tehnik - tehnik pengajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar“, (Ibrahim dkk, 2000:16). Sehingga model pengajaran kooperatif sangat baik digunakan untuk siswa yang berkemampuan rendah, sedang, maupun tinggi. Peranan metode Numbered Heads Together dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:[1] 1)        Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas 2)        Menempatkan siswa secara heterogen dalam kelompok-kelompok kecil 3)        Menyampaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa, baik tugas individu maupun kelompok 4)        Memantau kerja kelompok 5)        Mengevaluasi hasil belajar  b.      Langkah-langkah Pembelajaran NHT Menurut Ibrahim dkk (2002:28), untuk mengoptimalkan pelaksanaan pengajaran Numbered Heads Together guru menggunakan empat langkah, empat langkah tersebut adalah sebagai berikut : 1)      Penomoran Guru membagi siswa ke dalam kelompok dengan jumlah anggota 4 sampai 5 siswa dan kepada setiap anggota kelompok tersebut, diberi nomor antara  4 sampai dengan 5. 2)      Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa, pertanyaan tersebut dapat bervariasi atau spesifik. 3)        Berfikir bersamaan Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan setiap anggota dalam kelompoknya mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut. 4)      Menjawab Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang merasa nomornya dipanggil mengacungkan jari dan mencoba menjawab pertanyaan tersebut untuk seluruh kelas.  c.       Kelebihan dan Kekurangan Metode NHT Adapun kelebihan-kelebihan metode NHT adalah : 1)        Memberi Motivasi Menurut Woodworth dan Marques (2000) motivasi adalah suatu tujuan jiwa yang mendorong individu untuk aktivitas-aktivitas tertentu dan tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi disekitarnya. Segala sesuatu yang baru dan segala perubahan dapat menumbuhkan motivasi. Begitu juga dengan metode NHT, dengan pemberian

Sabtu, 19 November 2011

Devinisi Belajar

Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah.
Devinisi prestasi belajar Slameto (2003:10) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Anwar (2005:8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana  untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan.
Prestasi belajar tidak hanya dapat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi siswa namun aspek kemauan dan bakat menjadi hal yang dapat menentukan prestasi belajar akan meningkat. Dengan kata lain prestasi belajar yang tinggi akan dapat terwujud jika proses belajarnya ditunjang dengan berbagai faktor lain yang memungkinkannya untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal (Hakim, 2010:14)
Adapun ukuran atau indikator yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah :
1. Intelegensi
Slameto (2003: 56) mengemukakan bahwa intelegensi atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
2. Perhatian
Menurut al-Ghazali dalam Slameto (2003 : 56) bahwa perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal atau sekumpulan obyek.
3. Motivasi
Menurut Slameto (2003 : 58) bahwa motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa
Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal, yaitu sebagai berikut.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari diri pribadi manusia itu sendiri yang membawa pengaruh terhadap hasil belajar. Faktor internal ini terbagi dua  yaitu psikologis dan fisiologis.
Adapun faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari:
Bakat Dan Intelegensi
Merupakan faktor yang dapat menetukan tinggi rendahnya prestasi belajar. Bakat adalah kemampuan tertentu yang dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Poerwanto (dalam Mayuddin, 2010:12) mengatakan bahwa ”Bakat dalam hal ini lebih dengan kata aptitude yang berarti kecakapan pembawaan yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi) yang tertentu.” Intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan pada diri seseorang. Purwanto (dalam Mayuddin, 2010:13) menyebutkan bahwa ”Kemampuan  yang dibawa sejak lahir  yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu.”
Jika siswa barbakat dalam bidang suatu bidang studi dan memiliki intelegensi tinggi, dapat diharapkan siswa tersebut akan memiliki kemampuan yang lebih tinggi. Karena siswa itu lebih mudah memahami persoalan-persoalan yang ada dalam bidang studi tersebut.
Minat
Pada umumnya minat yang tinggi akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi pula, artinya bila siswa belajar dengan penuh dengan minat akan membantu  pemusatan pikiran dan kegembiraan dalam belajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Slameto (dalam Mayuddin, 2010:13) ”Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggap penting, dan bila siswa melihat banyak hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar dia akan berminat untuk mempelajarinya.”
Begitu juga apabila siswa kurang berminat, maka kegiatan belajar yang dilakukan yang berhubungan dengan pelajaran tersebut dengan sendirinya akan berkurang pula sehingga siswa akan mencapai prestasi yang rendah pula. Minat erat kaitannya dengan kebutuhan, dalam hal ini minat sangat dipengaruhi oleh kebutuhan. Apabila seseorang membutuhkan sesesuatu, maka dengan sendirinya ia akan menaruh minat untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Aktivitas-aktivitas yang dapat memenuhi sendiri tanpa perlu dorongan orang lain. Dalam masalah ini Nurkancana (dalam Mayuddin, 2010:14) mengemukakan bahwa ”Minat yang timbul dari kebutuhan anak-anak akan merupakan faktor pendorong  dari luar, apabila pekerjaan yang dilakukan  cukup menarik  minatnya.”
Apabila ada minat maka sesuatu aktivitas akan dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya paksaan bagi dirinya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kartini (dalam Mayuddin, 2010:14) menjelaskan bahwa ”Bila belajar tidak sesuai dengan minat anak, maka anak tidak belajar dengan sebaik-baiknya.” Minat dari uraian di atas sangatlah berpengaruh terhadap kemauan siswa dalam belajar, dan apabila minatnya besar pada belajar maka hasil belajarnyapun akan meningkat.
c.       Motivasi
Faktor motivasi juga mempengaruhi seseorang dalam melakukan sesuatu kegiatan. Dalam hal ini motivasi oleh Fransen dan Maslow (dalam Mayuddin,2010:14) mengemukakan sebagai berikut:
1)      Adanya sifat ingin tahu
2)      Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang lain
3)      Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan dengan usaha yang baru
4)      Adanya untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran
5)      Adanya ganjaran baru untuk hukuman
6)      Adanya kebutuhan fisik
7)      Adanya kebututuhan untuk mendapatkan kehormatan dari masyarakat
8)      Adanya keinginan yang harus tercapai

Dengan adanya motifasi pada diri siswa, tingkat kemeuan belajarnya semakin baik. Apabila motifasi ini tidak cukup dalam mendukung belajarnya maka prestasi belajarnya pun semakin menurun.
Emosional
Emosional seseorang disebabkan oleh keadaan seseorang yang emosi yang tidak stabil misalnya rasa cemas, rendah diri, rasa jiwanya tertekan, dan lain-lain. Emosional adalah bagian dari perasaan belum tentu emosi. menurut Thanthowi (dalam Mayuddin, 2010:15) mengemukakan:
”Berhasilnya pendidikan tidak hanya semata tergantung pada tingkat kecerdasan anak. Faktor emosi teryata ikut mempengaruhi, seperti rasa takut, benci atau bosan  terhadap bahan atau  mata pelajaran. Sifat mudah putus asa didalam melakukan tugas, kecemasan yang terus menerus dan sebagainya akan sangat mempengaruhi prestasi belajar anak.”

Faktor emosi sangat basar pengaruh dalam prestasi belajar. Anak yang selalu bersikap optimis akan selalu dibayangi rasa keberhasilan, begiti jaga sebaliknya dengan anak yang merasa pesimis selalu dibayangi kegagalan. Apabila emosi tersebut tidak dapat dikendalikan secara dini, maka siswa nantinya akan merasa takut dan merasa benci dengan apa yang ia kerjakan.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah hal-hal atau situasi dari luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi belajar. Menurut Slameto (dalam Mayuddin, 2010:15) ”Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang ada tiga kelompok  yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.”
a.       Faktor Keluarga
Faktor keluarga mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, karena orang tua mempunyai peran yang sangat besar seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi (dalam Mayuddin, 2010:15) bahwa ”Orang tua yang dapat mendidik anak-anaknya dengan cara memberi pendidikan yang baik tentu akan sukses dalam belajarnya. Sebaiknya orang tua yang tidak menginginkan pendidikan anak-anaknya, acuh dan tak acuh, bahkan tidak memperlihatkan sama sekali, tentu tidak akan berhasil dengan baik.”
Peran keluarga dalam pendidikan sangat dominan seperti halnya pengaruh orang tua terhadap anak-anaknya, cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga.
b.      Faktor Sekolah Atau  Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan merupakan pusat tempat pengembangan ilmu, lembaga pendidikan juga mempengaruhi prestasi belajar anak. Adapun hal yang dapat mempengaruhi proses belajar dari faktor ini adalah.
1.      Guru
Guru yang efektif guru yang berhasil mencapai sasaran yang dituntut  dirinya yang berdasarkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki, dalam proses belajar mengajar guru yang efektif sangat mendukung prestasi anak didik, sikap dan keterampilan yang dimiliki oleh guru sangat mempengaruhi dalam pendidikan. Guru selain sebagai pengajar juga guru adalah sebagai pendidik, guru harus dapat memotivasi  siswa,  membangkitkan minat siswa dalam meningkatkan prestasi  belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Soejono (dalam Mayuddin, 2010:16) yaitu ”Motif adalah kekuatan atau daya pendorong yang menyebabkan seseorang yang bergerak  ke arah tertentu. ”
Minat seseorang mendorong ia berbuat sesuatu, minat siswa terhadap sesuatu pelajaran mendorong siswa tersebut. Jadi minat berperan atau berfungsi sebagai pendorong  yang menyebabkan siswa berbuat dan belajar lebih giat, sehingga minat dapat juga dipandang motif. Apabila siswa tidak termotivasi dengan baik maka, siswa tersebut cenderung bermalas-malasan dalam belajar. Dengan meningkatnya motifasi, maka prestasi belajarnya akan meningkat pula sesuai motif yang diberikan guru terhadap siswa tersebut.
2.      Metode Mengajar
Mengajar sains merupakan satu kegiatan pengajar agar peserta didiknya belajar untuk mendapatkan pengetahuan sains yang meliputi kemampuan, keterampilan dan sikap yang dipilih harus relevan dengan tujuan belajar yang disesuaikan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Ini dimaksud agar menjadi interaksi antara guru dan siswa. Interaksi ini akan terjadi bila menggunakan cara yang cocok yang disebut dengan metode mengajar sains.
3.      Fasilitas Belajar
            Fasilitas sekolah yang memadai ikut mempengaruhi proses belajar mengajar. Perlengkapan ini tidak boleh diabaikan karena dalam proses belajar mengajar membutuhkan peralaratan atau fasilitas pendidikan yang mencukupi yang dapat menunjang proses belajar mengajar. Mengenai hal ini Kartono (dalam Mayuddin, 2010:17) berpendapat bahwa ”Lengkap dan tidaknya peralatan belajar, baik yang dimiliki siswa itu sendiri maupun yang dimiliki sekolah dapat menimbulkan akibat tertentu terhadap prestasi siswa. Kekurangan peralatan belajar dapat membawa akibat yang negatif.” Kekurangan sarana belajar bagi siswa akan membuat siswa tidak kreatif dalam menggunakan alat peraga. Alat peraga sebagai penunjang dalam prestasi  belajar.
4.      Disiplin Sekolah
Disiplin sekolah yang baik akan membawa kebiasaan dan melatih anak didik untuk berdisiplin. Disiplin yang dilaksanakan dengan baik yang diperoleh hasil yang sesuai dengan  yang diharapkan. Oleh karena itu kedisiplinan lembaga pendidikan sangat menentukan karena sikap siswa dapat berpengaruh dengan kedisiplinan sekolah dan membawa dampak kepada prestasi belajar.
Slameto (dalam Mayuddin, 2010:18) menjelaskan bahwa ”Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan  disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula, selain itu juga memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya, banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang diperhatikan, sehingga mempengaruhi sikap siswa dalam belajar.”
            Disiplin merupakan kunci keberhasilan. Dengan adanya disiplin siswa nantinya dapat melakukan sesuai yang diharapkan. Kejadian-kejadian yang tidak diinginkan banyak sedikitnya dipengaruhi oleh ketidak disiplinan seorang guru dalam memberikan pembelajaran. Disiplin sangat berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang lebih baik.
c.       Faktor Masyarakat
Masyarakat sangat mempengaruhi prestasi belajar, karena selain di sekolah siswa juga bergaul dalam masyarakat yang sehari-harinya terbawa bagaimana keadaan masyarakat di sekitarnya. Diantara sekalian banyak faktor dan lingkungan masyarakat yang lebih dominan mempengaruhi prestasi belajar anak adalah bagaimana kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, pola kehidupan masyarakat dan teman bargaul.
4. Minat Belajar
a. Pengertian Minat Belajar
Minat berperan sangat penting dalam kehidupan peserta didik dan mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku. Siswa yang berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih keras dibandingkan siswa yang kurang berminat.
Menurut Slameto (2003 : 57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan. Lebih lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan tertarik pada sesuatu yang relatif tetap untuk lebih memperhatikan dan mengingat secara terus-menerus yang diikuti rasa senang untuk memperoleh suatu kepuasan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
b. Ciri-ciri Siswa Berminat dalam Belajar
Menurut Slameto (2003 :58) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
3) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.
4) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.
5) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
a. Membangkitkan Minat Belajar Siswa di Sekolah
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan baik sebab tidak menarik baginya. Siswa akan malas belajar dan tidak akan mendapatkan kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari sehingga dapat mingkatkan prestasi belajar.
Minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya. Membangkitkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan diri sendiri sebagai individu.
Menurut Slameto (2003 :180) proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana penetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang dianggap penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajar akan membawa kemajuan pada dirinya, ia akan lebih berminat untuk mempelajarinya.
Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya.

Jika terdapat siswa yang kurang berminat dalam belajar dapat diusahakan agar mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupannya serta berhubungan dengan cita-cita yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap pelajaran mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi minat-minat baru. Menurut ilmuwan pendidikan cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat belajar pada siswa adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada dan membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Hal ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaan bagi siswa dimasa yang akan datang. Minat dapat dibangkitkan dengan cara menghubungkan materi pelajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.
Belajar dapat dilakukan dengan semangat apabila siswa memiliki minat belajar.”Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”(Djamarah,2002 :132). Seorang siswa yang memiliki minat terhadap mata pelajaran bisa meningkatkan hasil belajarnya, sedangkan yang tidak mempunyai minat akan sulit meningkatkan hasil belajarnya sehingga prestasi belajar tidak berhasil diraih. Pendidik mempunyai tugas untuk membengkitkan minat belajar siswa agar prestasinya meningkat dengan cara :
1. Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, sehingga dia rela belajar tanpa paksaan.
2. Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan denan persoalan pengalaman yang dimiliki anak, sehingga anak didik mudah menerima pelajaran.
3. Memberikan kesempatan pada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif.
4. Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual anak didik.

Jumat, 18 November 2011

Jamu Asam Urat

Pengalaman Diri
Alhamdulillah atas izin Allah SWT, setelah minum ramuan tersebut dalam hitungan minggu dengan penuh kesabaran sekarang sembuh (meskipun kadang masih terasa tetapi setelah minum jamu ini sembuh).Untuk itu karena sekarang Asam Urat menjadi salah satu penyakit yang ngetrend, karenanya saya ingin berbagi pengalaman ini.
Semoga bermanfaat, saran dan sumbangsih para ahli kami harapkan.
 Inilah ramuannya (dari tumbuh-tumbuhan dalam bahasaku):
Bahan
  • Pane Gowang                                                     + 1 genggam
  • Kangkung-kangkungan                                        + 1 genggam
  • Kamijara/serai                                                  + 5 batang
  • Kencur                                                              + 1 ibu jari kaki dewasa
  • Bedogol Kapulaga                                              + 2 buah
  • Manisjangan (kayumanis)                                  sesuai selera
  • Akar jambe jangan terlalu tua/muda                  + 2 batang
Cara Pembuatannya
Bahan-bahan tersebut direbus dengan air + 8 gelas (ukuran 220ml) sampai mendidih.
Penggunaan
Minum 3 kali sehari 1 gelas , (pagi, siang, sore) secara rutin
Catatan
Bila air ramuan sudah habis bisa diulang dengan 4 gelas air, setelah itu ganti ramuan yang baru.
Mohon hindari udang

Hanya Allah SWT yang memberi kesembuhan, manusia hanya ikhtiar.

Rabu, 16 November 2011

Contoh Laporan Pelaksanaan Praktik Program Kegiatan Kepemudaan

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam era globalisasi sekarang ini kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan sangat pesat. Kemajuan tersebut terutama dalam bidang komputer. Kemampuan menggunakan komputer sangat diperlukan dalam pekerjaan kehidupan sehari-hari.
Di kalangan pemuda sendiri khususnya, kebutuhan akan kemampuan menggunakan komputer sangat terasa untuk menambah pengetahuan. Kemampuan tersebut tidak hanya mengenal komputer secara global, melainkan juga dituntut mampu mengoperasikan komputer.
Keterbatasan kemampuan biaya untuk mengimbangi kemauan yang ada untuk belajar komputer (kursus) yang berbayar juga menjadi kendala tersendiri. Berdasar hal ini dipandang perlu suatu pelatihan komputer yang diharapkan dapat berguna bagi pemuda, sehingga dapat terbentuk pemuda yang berkualitas yang dapat mengaplikasikan komputer sebagai salah satu bekal mencari pekerjaan yang berhubungan dengan perangkat komputer.
A.     Latar Belakang
Latar belakang diadakannya kegiatan pelatihan komputer yang melibatkan para pemuda Karang Taruna ........................... adalah :
1.      Bahwa mahasiswa .............................. mendapatkan mata kuliah Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan dimana dalam proses evaluasi atau penilaian akhir perkuliahan dilaksanakan dengan ujian teori dalam bentuk ............................
2.     Dalam mata kuliah Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan terdapat kegiatan praktik, salah satunya program pembinaan kepemudaan.
3.   Setelah dilakukan identifikasi minat ternyata sebagian besar anggota ........................... menghendaki adanya pelatihan komputer.
4.      Memberikan bekal kepada pemuda untuk memasuki dunia kerja dengan keterampilan praktis.

B.     Tujuan
Tujuan dilaksananya kegiatan Pembinaan Kepemudaan dalam bentuk pelatihan ini adalah:
1.      Warga belajar mempunyai pengetahuan tentang keterampilan praktis yang dapat bermanfaat bagi dirinya dan atau masyarakat.
2.     Memberikan bekal kepada pemuda untuk memasuki dunia kerja dengan keterampilan praktis yang dimilikinya.

BAB II
PELAKSANAAN PROGRAM

A.           Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Berdasar musyawarah bersama dengan warga belajar (peserta pelatihan) yang dibina, sebagai tempat pelaksanaan pelatihan bertempat di ..........................., dengan pertimbangan ........................... terdapat perangkat komputer dan warga belajar berdomisili di lingkungan ............................
Kegitan dilaksanakan enam kali pertemuan setiap hari ........................... sampai dengan ........................... setiap pukul 14.30 WIB sampai dengan 16.30 WIB.

B.      Materi Pelatihan
Materi pelatihan ini meliputi:
1.      Teori
a.  Teori pengenalan perangkat komputer.
b. Teori Office Word
c. Teori Office Excel
d. ICT 
2. Sumber materi diperoleh dari internet, sebagaimana tertulis di bawah ini.
3.      Praktik dari teori sebagaimana tersebut di atas dilaksanakan sesuai dengan jadwal kegiatan.


BAB III
TEMUAN DAN HASIL
A.     Temuan Hasil Proses
Selama dalam proses kegiatan pelaksanaan pelatihan yang dijalankan ditemukan beberapa temuan yang berhubungan dengan warga binaan, antara lain:
1.     Latar pendidikan yang tidak sama, sehingga untuk memahami istilah-istilah komputer sangat heterogen.
2.      Ada warga binaan yang sudah pernah mendapatkan pelajaran komputer.
3.      Warga binaan belum seluruhnya memiliki perangkat komputer.
4.      Minat dan kemauan warga binaan sangat besar untuk bisa mengoperasikan komputer.
5.      Warga binaan merasa sangat mendapatkan manfaat dengan adanya pelatihan ini.

B.     Temuan Hasil Evaluasi Praktik
Dari kegiatan yang dijalankan warga binaan secara umum sudah menunjukkan hasil yang baik, meskipun sebagian merasa pelatihan hal baru tetapi karena warga binaan memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar komputer apalagi bagi warga binaan yang masih mengikuti pendidikan di SLTP maupun SLTA sangat bermanfaat, bahkan ada keiinginan warga binaan bukan hanya pelatihan program word dan excel saja tetapi juga bentuk program yang lain.
C.      Pembahasan
Untuk mengatasi temuan yang ada, kami melakukan berbagai cara yang dapat dijadikan bahan pemecahan masalah yang timbul dari kegiatan pelatihan yang kami selengarakan, diantaranya:
  1. Lebih mengutamakan kegiatan praktik daripada teori.
  2. Mahasiswa menyediakan perangkat komputer berbanding 1 : 2
  3. Pelatihan berkesinambungan, tidak hanya pada saat sekarang saja tetapi tetap membuka kesempatan kepada warga binaan untuk tetap berlatih.
  4. Menyarankan dan mengarahkan pada warga binaan untuk mengikuti pelatihan lebih lanjut pada LPTK sehingga warga binaan memiliki sertifikat keahlian.

D.     Gambaran Keaktifan Peserta
Dari kegiatan yang telah dijadwalkan dapat dilihat warga binaan dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan sangat aktif bahkan sampai pemuda yang tidak masuk dalam kelompok warga binaan memberikan respon yang sangat baik.

BAB IV
PENUTUP

A.      Simpulan
Dari kegiatan yang telah kami laksanakan, dapat kami simpulkan beberapa hal yang baik untuk mahasiswa sebagai pembina maupun warga belajar sebagai sasaran binaan yaitu:
  1. Mahasiswa dapat belajar, bersosialisasi dan berpartisipasi dengan masyarakat secara langsung.
  2. Warga binaan dapat mengambil manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan secara baik.
  3. Kegiatan ini dapat menjadi motivasi generasi muda sekitar untuk mengikuti kegiatan ini.
  4. Warga binaan memiliki keterampilan praktis ini yang dapat menjadi bekal memasuki dunia kerja.

B.     Saran
Agar kemampuan warga binaan dapat selalu berkembang kemampuan dan dapat memasuki dunia kerja, warga belajar perlu mengikuti kegiatan lanjut pelatihan atau kursus melalui LPTK.
C.    Tindak Lanjut
Untuk menindaklanjuti kegiatan ini terutama bagi warga binaan yang tidak memiliki kemampuan finasial, kami melakukan pembinaan lebih lanjut dengan pelatihan sekali dalam seminggu.